Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Pramuka Edi Haryanto menduga melonjaknya harga masker di Pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, disebabkan banyaknya oknum pedagang yang 'bermain'. Perilaku masyarakat yang seolah olah akan memborong stok barang menimbulkan banyaknya pihak pihak yang bermain sehingga harganya menjadi mahal. "Pada kondisi sekarang, harga sebenarnya tergantung pada masyarakat sendiri. Kalau saudara saudara datang ke toko, memang sebetulnya stok barang ada, stok barang cukup. Tapi ketika saudara saudara seolah seolah akan menborong keseluruhannya, maka banyak tangan yang bermain," ucap Edi di lokasi, Rabu (4/3/2020).
Seperti temuan kepolisian setelah melakukan sidak kepada para pedagang di Pasar Pramuka. Edi menyatakan banyak tangan yang saling melempar barang sehingga harganya melambung tinggi. "Tadi Pak Dirnarkoba, Pak Dirkrimsus dan Pak Kabid sudah sempat mensurvei. Mungkin yang sampai di tangan beliau adalah tangan kedelepan," katanya.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus menjelaskan sebenarnya, asosiasi pedagang Pasar Pramuka telah mengeluarkan edaran untuk membatasi masyarakat terkait pembelian masker. "Kami sudah berkoordinasi dengan asosiasi pedagang di sini. Dari asosiasi juga sudah mengeluarkan surat edaran. Sudah disampaikan bahwa ada surat edaran dikeluarkan setiap orang yang beli, maksimal hanya boleh 5 kotak saja," kata Yusri. Namun demikian, terdapat sejumlah distributor yang menjual ke pedagang dengan harga yang cukup tinggi, sehingga menyebabkan pedagang juga menaikan harga masker.
"Itu surat edaran disampaikan tetapi ada beberapa toko kendalanya masih ada distributor distributor yang jual ke toko toko dengan harga tinggi. Ini lah tim kami dari Polda dan stake holder terkait bersama sama memberi imbauan ke masyarakat termasuk distributor dan penimbun," tuturnya. Sementara itu, Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirkrimsus) Polda Metro Jaya, Kombes Iwan Kurniawan menegaskan polisi tidak akan memberikan toleransi bagi distributor maupun pedagang yang terbukti melakukan permainan harga masker. "Kami dari Polda Metro Jaya mengimbau kepada para produsen, distributor, termasuk para sales agar tidak memanfaatkan situasi ini untuk mencari keuntungan secara pribadi, kalau kami dapati kami akan tindak tegas," kata Iwan.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menegaskan pemerintah tidak melakukan larangan ekspor terhadap produk masker ke pasar dunia. Meskipun tidak ada larangan ekspor, pemerintah mengimbau agar para eksportir lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan masker dalam negeri. Ia pun mengingatkan para produsen agar tidak menerapkan harga yang tinggi dan memanfaatkan situasi saat ini.
Mengingat permintaan masyarakat terkait masker dan hand sanitizer melonjak signifikan setelah diumumkannya dua kasus virus corona di Indonesia. "Menyikapi permintaan yang tinggi dari masyarakat terhadap masker dan hand sanitizer, kami mengimbau para produsen barang tersebut untuk tidak menaikkan harga jual ke masyarakat," ujar Agus Suparmanto di Jakarta Pusat, Selasa (3/3/2020). Peringatan tersebut juga berlaku bagi para distributor dan pengecer masker dan hand sanitizer agar tidak bertindak 'nakal' dalam memasarkan produk kepada masyarakat.
Sejak mewabahnya virus corona, permintaan masyarakat terhadap masker khususnya jenis surgical mask atau masker bedah melonjak. Akibatnya keberadaan masker di pasaran langka. Terlebih setelah diumumkannya dua pasien terinfeksi virus corona di Indonesia.
Di sejumlah minimarket yang tersebar di beberapa wilayah ibu kota, keberadaan masker langka. Beberapa hari terakhir, sejumlah minimarket kehabisan stok surgical mask. Seperti di minimarket kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat.
Pegawai toko pun mengatakan bahwa stok produk itu habis dan beberapa hari terakhir ini belum ada stok baru yang masuk. "Habis maskernya, udah berapa hari ini nggak ada stock," ujar seorang perempuan yang merupakan pegawai minimarket saat berbincang dengan wartawan, Selasa (3/3/2020) pagi. Ia menjelaskan sebelumnya banyak masyarakat yang membeli produk tersebut dalam jumlah besar. "Mungkin karena ada isu (corona) ini ya, jadinya kemarin kemarin itu ada yang sampai beli banyak," kata dia.
Saat ditanya terkait hand sanitizer, ia juga mengaku stok produk satu ini pun kosong beberapa hari terakhir. "Nggak ada juga, sudah berapa hari ini kosong, sama kayak masker itu," kata dia. Hal yang sama juga terjadi di minimarket kawasan Kota Bambu Utara, Jakarta Barat, Senin (2/3/2020) siang.
Masker memang masih tersedia, namun terlihat terbatas, hanya tersisa 3 pack. "Hanya itu saja maskernya, yang untuk hijab habis, yang ada coraknya juga sudah habis, hanya ada yang abu abu itu," kata pegawai minimarket di Kota Bambu Utara. Hand sanitizer pun untuk sementara waktu tidak tersedia di minimarket itu.
"Hand sanitizer juga nggak ada, kemarin banyak yang beli," jelas dia. Di Glodok, harga masker yang dijual per pack bahkan mencapai Rp 850.000 isinya pun hanya 50 lembar. Sedangkan di platform e commerce, harganya melonjak drastis.
Harga yang ditawarkan dari beberapa pedagang yang tergabung pun beragam, mulai dari harga normal hingga mencapai harga fantastis yakni Rp 1.750.000 untuk jenis surgical mask yang biasa ditemui di pasaran dengan merk Sensi. Seperti yang terlihat di situs Blibli, harga yang ditawarkan per box mulai dari normal hingga menyentuh angka yang cukup tinggi dengan isi 50 pcs. Sementara untuk masker tipe N95 menyentuh angka Rp 1.600.000 untuk 20 pcs.
Di situs lainnya seperti Lazada pun tidak jauh berbeda, karena harga yang ditawarkan beragam dengan merk yang berbeda beda pula. Menariknya harga tertinggi untuk penawaran penjualan surgical ask dengan merk Sensi, per boxnya juga diantaranya menyentuh angka Rp 1.500.000 untuk isi 50 pcs. Sementara masker dengan tipe R95 ditawarkan nyaris satu jutaan rupiah atau seharga Rp 987.500.